Sunday, December 23, 2012

The Other Boleyn Girl



Sutradara: Justin Chadwick
Studio: Focus Features, BBC Films, Relativity Media (2008)
Wajah-wajah terkenal: Natalie Portman, Scarlett Johansson, Eric Bana, Jim Sturgess
Setting: Inggris abad ke 16
Tag di laptop saya: "Real People True Story"
berdasarkan novel dengan judul yang sama oleh Phillipa Gregory
versi dramatis dari episode sejarah Kerajaan Inggris di abad 16
Rating: 3,5 dari 5

Trailer



Film ini berdasarkan kisah sejarah tentang peliknya keluarga Boleyn yang menggunakan kedua anak perempuannya untuk mengamankan posisi mereka di istana. Pada waktu itu, Raja Henry III mulai bosan pada istrinya, Catherine of Aragon, yang tidak kunjung memberinya anak laki-laki yang akan menjamin keberlangsungan dinasti Tudor di istana. Thomas Howard the Duke of Norfolk meyakinkan keluarga iparnya, Boleyn, supaya Anne Boleyn (Portman) ditugaskan untuk mendekati Raja Henry VIII. Tapi Sang Raja Inggris malah menginginkan Mary Boleyn, adik Anne yang sudah menikah. Karena Raja selalu bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, ia pun mengatur supaya keluarga Boleyn termasuk suami Mary masuk kalangan istana (court). Suami Mary diberi posisi yang enak di suatu bagian istana, keluarga Boleyn dapat sekompleks tempat tinggal di bagian lain, dan Mary harus datang setiap malam untuk tidur dengan Raja. Sang Ratu cemburu, tapi Anne sang Kakak jauh lebih cemburu lagi.

"The two Boleyn whores," kata Ratu Catherine yang sedang menelan kedengkian. Mau gimana lagi. ScarJo cantik sekali, sementara Natalie Portman sanggup bikin semua cowok pindah ke agama Yahudi kalau dia mau

Film ini lumayan menarik, cukup menghibur tapi tidak membiarkan otak santai untuk mencerna dialog-dialog gaya Tutur Tinular a la Inggris. Lebih-lebih, film ini menggambarkan bagaimana keadaan genting kerajaan, pertalian gereja negara dengan Roma, dan peralihan kekuasaan bergantung hanya pada birahi Sang Raja. Para Duke di sini seperti ahli zoologi yang sedang bereksperimen dengan seekor singa bernafsu tinggi, membuatnya gelisah mondar mandir di kandang sambil mencakar-cakar batang pohon.

Banyak adegan yang bikin nyesek, misalnya waktu Anne, akhirnya tidak hanya jadi gundik, tapi jadi Ratu beneran, The Queen of England. Ia mencapai impiannya yang ambisius, tapi tidak berakhir dan berjalan mulus. Ia melahirkan seorang anak, tapi perempuan, dan seperti perempuan lain di posisinya pada jamannya, ia menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa melahirkan anak laki-laki.

Yang bikin nyesek lagi adalah ketika Anne keguguran anak keduanya. Kemudian ia memaksa George Boleyn, kakaknya, untuk melakukan incest supaya ia segera hamil lagi dan Sang Raja tidak perlu tahu bahwa ia keguguran. Selain itu, adegan menyeret George ke pasungan untuk dipenggal, dan adegan Anne yang dengan penuh keanggunan berlutut menyerahkan lehernya untuk dipenggal. Doa penuh keputus asaan yang mereka gumamkan membuat saya mengelus-elus leher sendiri.

Isu gender sangat bisa dibahas dalam dialog mengenai film ini. Posisi perempuan dalam kekuasaan ternyata sangat nyata dan berpengaruh, walau kedudukan mereka kerap kali tidak enak. Lahirnya anak laki-laki ternyata sangat krusial sehingga bisa menyebabkan bencana keluarga seperti ini. Baik perempuan yang submisif maupun yang pemberontak tetap tunduk pada Raja laki-laki, yang berada di posisi teratas di rantai makanan, dan sering kali mereka berakhir dengan penggal kepala.

Tapi sayangnya film ini tidak bisa benar-benar dipercaya untuk belajar sejarah. Para kritikus menekankan bahwa film ini adalah versi sejarah yang diromantiskan, yang dibumbui di sana sini, dan bahkan diputar balikkan. Natalie Portman berhasil membuat Anne menjadi perempuan jalang haus kuasa yang menyebalkan, padahal menurut sumber-sumber tertentu Anne bisa jadi adalah gadis menyenangkan yang sialnya lahir di keluarga yang salah di waktu yang salah.

Akting Natalie Portman (Anne Boleyn) dan Scarlett Johansson (Mary Boleyn) bagus sekali. Lebih lagi, keduanya bukan orang Inggris, tapi buat wong jowo seperti saya logat British mereka bisa dibilang cukup medok. Tapi Eric Bana (Henry VIII) kerjaannya cuma mondar mandir pake mantel bulu dan teriak-teriak sedikit. Jim Sturgess (George Boleyn) juga seharusnya dapat porsi yang lebih banyak, karena sebenarnya ia memegang peranan cukup penting dalam motivasi Anne dan Mary.



adegan favorit saya adalah ketika Sang Jalang Ratu dimahkotai



Anne melepas kalung dan perhiasan kepalanya. Berdoa sebelum dipenggal dengan gaya Perancis

Sekuel yang bisa dibuat:
Keluarga Tudor, seperti keluarga kerajaan lain di seluruh dunia, penuh cerita perebutan kekuasaan yang berdarah-darah. Persaingan antara Mary, anak Catherine of Aragon, dengan Elizabeth, anak Anne Boleyn, bisa jadi sekuel yang seru. Cerita ini bisa mematahkan, atau malah memperparah, isu gender di seputar kisah keluarga yang aneh ini. Bahwa Mary dan Elizabeth sama-sama menjadi Ratu berkuasa yang kuat di Inggris mematahkan anggapan bahwa perempuan tidak bisa terus terang tampil sebagai pemegang kekuasaan. Di sisi lain, mereka harus 'menjadi laki-laki' untuk memenangkan percaturan politik itu.


Kutipan:
Sir Thomas Boleyn : To get ahead in this world, you need more than fair looks and a kind heart.

Anne Boleyn: Younger than me, more beautiful than me, married before me. I'm eclipsed! I'm the other Boleyn girl. 

Lady Elizabeth Boleyn: See how they achieve what they want from their men, not by stamping their little feet but by allowing the men to believe that they, indeed, are in charge. That is the art of being a woman.

Anne Boleyn: Glory? What glory? A mistress gave a man a bastard, no more
The Duke of Norfolk: A male bastard, a son! 

Lady Elizabeth Boleyn: When was it that people stopped thinking of ambition as insane and started thinking of it as a virtue?

Lady Elizabeth Boleyn: What's there to smile about? I'm a mother of a child ordered to marry a girl he hates, another banished aboard in disgrace, and a third whoring in public with an adulterer. You say you are concerned for her happiness, will Mary be happy when he leaves her? Because you know that will happen in the end. 

Raja Henry VIII: Why are you here for her?
Mary Boleyn: Because she is my sister, and therefore one half of me.

Film-film mereka yang sudah atau akan atau ingin saya tonton:
Scarlett Johansson: Lost in Translations, The Girl with a Pearl Earring
Natalie Portman: Black Swan, Hotel Chavelier, V for Vendetta
Jim Sturgess: Across the Universe, Cloud Atlas
Eddie Redmayne (William Stafford, suami ketiga Mary yang berjanji menjaganya dan tidak akan menyakitinya lagi): My Week with Marilyn, Les Miserables, 

Hell- o!

Saya Gisela Swaragita, seorang mahasiswa di Yogyakarta. Sejak membaca Lima Sekawan di kelas 2 SD, saya suka sekali membaca. Di mana-mana. Di kamar, di WC, di rumah teman waktu menginap...Waktu SMP saya menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan, atau di bilik WC paling pojok yang kering (entah kenapa saya suka sekali membaca di WC!). Juga bersama seorang sahabat main di Toga Mas sampai malam untuk membaca, sampai kaki capek berdiri dan akhirnya kami duduk begitu saja di lorong-lorong sempit antar rak-rak buku, Buku-buku sampel bertebaran di pangkuan kami, dan mata kami tidak lepas dari sebuah buku yang sudah kami baca di toko itu dari minggu yang lalu.
Saya juga suka sekali nonton film. Keajaiban itu datang lewat Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet, tentu saja. Saya suka sekali kalau RCTI memainkan Layar Emas, dan saya pernah uring-uringan gara-gara ketiduran waktu mau nonton Con Air dan My Girl.
Masa kecil saya memang seru sekali. Sebagai nerd. Yang ga punya duit untuk banyak-banyak beli buku dan VCD.
Nah sekarang saya sudah besar dan tua, sudah bisa bikin uang sendiri untuk sekedar beli buku (kebanyakan bekas, saya tahu pasar buku bekas yang bagus di Bantul! Beberapa diskonan. Kadang-kadang saya beli yang baru) dan ke warnet untuk menambah koleksi film (maaf, saya tetap nonton film pakai kostum bajak laut). Saya sadar ternyata saya lebih suka PUNYA daripada MEMBACA dan MENONTON.
Melihat rak buku saya yang penuh membuat saya terharu, tapi cerita-cerita itu berkeretakan tiap malam minta dibaca sementara saya sibuk ngepo wall facebook orang yang tidak terlalu saya kenal. Film-film itu sering kali cuma bikin penuh hardisk sehingga akhirnya cuma dihapus lagi.
Maka, saya, di liburan Natal dan Tahun Baru ini, berencana untuk membuat sebuah proyek di mana saya:
a. membaca 1 buku tiap minggu, dan menulis resensinya di blog ini.
b. menonton 1 film setiap hari, dan menulis resensinya di blog ini.
Saya ingin meningkatkan apresiasi saya terhadap cerita, terutama yang disuguhkan dalam bentuk buku cerita dan film. Buku-buku dan film-film yang akan saya resensi tidak harus buku dan film yang baru atau yang bagus menurut para kritikus. Resensi saya akan saya tulis dalam bahasa Indonesia. Dialog, diskusi, saran, kritik, apapun itu, sangat saya tunggu :)


Gisela Swaragita